Asmara tiada pernah mengenal musim
Bersemi pada siapa pun dalam kehidupan
Mekar dibungakan
Dan wangi pun di harumkan ...
Pada suatu taman seorang kakek menunggu sang kekasih tak juga kunjung tiba, bangku seperti membakar dirinya walau pun bernada sumbang ia mencoba membunuh risaunya dengan senandung ...
Di tengah kicau burung matanya berkacakaca menampak sang kekasih muncul di balik rerumpun bunga
Nenek itu berkata : Maafkan sayang daku sejak tadi sudah datang tapi hatiku begitu bergetar dan aku hampir tak percaya ada pertemuan yang lahir kembali.
Kakek itu tak berkata apa-apa..namun sang kekasih erat dalam pelukannya alangkah harumnya airmata yang meleleh di pipi nenek itu dan semerbak di dada kakek
Kakek berkata lirih : Aku kini menemukan permataku cemerlangnya melebihi matahari di timur rambut nenek bertumbuhan kupu-kupu beranekawarna ketika angin pagi mengusapnya ...
Kedua hati berpaut bagai laut berombak lembut mencium pantai mata bertemu mata, bibir bertemu bibir, membuka lembaran limapuluh lima tahun yang silam sebuah asmara yang kandas di tengah jalan nasib jualah yang memisahkan mereka namun tiada sangsi atas sebuah kesetiaan mereka tetap bertahan
Sungguh Tuhan maha pengasih lagi penyayang kakek dan nenek itu dipertemukan dalam asmara tak pernah padam ...
Kakek dengan hati berbungabunga lalu berkata :
Tidaklah dinamakan perjuangan bila tidak ada pengorbanan nenek mengurai senyum dan menjawab :
Jika ingin mendapat bahagia mesti tahan segala derita ...
Kedua insan itu kemudian mempererat ikatan dalam sebuah pelaminan dan akan menulis sebuah epitaf
pada batu nisan mereka sendiri bila tiba akhir menutup mata ...